Scroll untuk baca artikel
Radar EkonomiRadar Terkini

Anak Muda Jadi Korban Utama Krisis Tenaga Kerja Global, Kapitalisme Gagal Mewujudkan Kesejahteraan

33
×

Anak Muda Jadi Korban Utama Krisis Tenaga Kerja Global, Kapitalisme Gagal Mewujudkan Kesejahteraan

Sebarkan artikel ini

Oleh: Fitriawati Ahsan (Aktivis Dakwah Islam)

RadarSultim.com –  Gelombang krisis tenaga kerja kini melanda berbagai belahan dunia. Di beberapa negara-negara besar seperti Inggris, Prancis, AS, dan Cina mengalami kenaikan angka pengangguran yang cukup signifikan. Bahkan, muncul fenomena unik seperti ‘pura-pura kerja’ dan individu yang rela bekerja tanpa digaji, semata demi dianggap bekerja agar tetap terlihat produktif.  (Sumber:  https://www.cnbcindonesia.com/news/20250829132009-8-662546/video-krisis-pasar-tenaga-kerja-global-anak-muda-jadi-korban-utama)

iklan : warmindo

Di China sendiri, fenomena ini ditandai dengan beberapa anak muda yang menyewa sebuah studio kecil yang kemudian dihias sedemikian rupa agar menyerupai sebuah kantor. Beberapa orang bahkan rela membayar untuk berpura-pura bekerja di kantor tiruan, di mana mereka merasa lebih produktif dan terhubung dengan dunia kerja. Sungguh ironi, fenomena ini mencerminkan tantangan serius generasi muda yang berjuang untuk mempertahankan harapan di tengah tekanan ekonomi. Krisis tenaga kerja global yang terjadi pada hari ini sejatinya tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga berdampak pada perilaku masyarakat.

Di Indonesia, meski secara nasional angka pengangguran turun, akan tetapi generasi muda adalah kalangan yang paling mendominasi pengangguran. Separuh dari pengangguran yang ada, adalah anak muda. Krisis tenaga kerja global menunjukkan bahwa sistem ekonomi yang mendominasi dunia, yaitu kapitalisme, gagal menyediakan lapangan kerja. Ini artinya, kapitalisme juga gagal mewujudkan kesejahteraan.

Tingginya angka pengangguran ini disebabkan konsentrasi kekayaan dunia. Di Indonesia, ketimpangan kekayaan sangatlah nyata. Menurut Data Celios, kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 50 juta orang Indonesia. Luar biasa bukan? Sedangkan negara lepas tangan dari tugasnya menyediakan lapangan kerja bagi rakyat. (Sumber: https://celios.co.id/wp-content/uploads/2024/09/Laporang-Ketimpangan-2024-Bahasa.pdf)

Inilah ciri khas dari Kapitalisme, kebebasan hak milik lahir dari kapitalisme. Dan hal ini sangat mempengaruhi  elite penguasa (pemerintahan). Dikutip dalam buku Nidzam fil Islam oleh Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, “Bahkan hampir-hampir dapat dikatakan bahwa para kapitalislah yang menjadi penguasa sebenarnya di negara-negara yang menganut ideologi ini.”

Upaya pemerintah dalam  mengadakan jobfair tampaknya hanya sekadar formalitas, dan tidak bisa menjadi solusi karena dunia industri pun mengalami badai PHK. Sedangkan pembukaan sekolah dan jurusan vokasi tidak menjadikan lulusan mudah mencari kerja, buktinya banyak lulusan vokasi yang menganggur. Hal ini akan terus terjadi selama sistem kapitalisme masih mendominasi dunia, termasuk Indonesia, pengangguran senantiasa akan menjadi masalah utama.

Hal ini berbeda dengan penanganan dalam Islam. Seorang penguasa dalam Islam memiliki peran sebagai raa’in yaitu mengurusi rakyatnya. Maka sudah menjadi tanggung jawab Negara agar membuka lapangan pekerjaan. Karena Negara adalah fasilitator yang memfasilitasi rakyat agar memiliki pekerjaan, yaitu dengan pendidikan, bantuan modal, industrialisasi, pemberian tanah, dll.  Penerapan sistem ekonomi Islam menjadikan kekayaan dunia terdistribusi secara adil, tidak terkonsentrasi pada segelintir pihak.

Hal ini dikarenakan Islam telah membagi kepemilikan dalam 3 hal,yaitu kepemilikan Individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan Negara. Sehingga mau sekaya apapun seseorang, kekayaannya hanya terbatas pada kepemilikan individu seperti hasil jual-beli, waris, hibah, dan semisalnya. Seorang individu muslim tidak diperbolehkan menguasai kepemilikan umum seperti pertambangan, karena hasilnya akan dikembalikan untuk kemaslahatan umat yang bersifat publik. Tidak seperti yang terjadi pada hari ini, pertambangan hanya dikuasai oleh segelintir orang saja, yang melahirkan kesenjangan sosial.

Islam juga mengatur rakyatnya melalui sistem pendidikan Islam, di mana negara menyiapkan SDM yang berkualitas, tidak hanya siap kerja, tetapi memiliki keahlian di bidangnya. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya (kiamat).”
(HR. al-Bukhari, no. 59)

google news