Radar Sultim, Banggai – Periode kedua kepemimpinan pasangan AT-FM dalam memimpin Kabupaten Banggai memasuki fase krusial yang menuntut lompatan besar dalam menciptakan pemerintahan yang bersih, profesional, dan berwibawa.
Hal ini disampaikan oleh tokoh muda sekaligus pengamat kebijakan publik, Chaerul Salam, yang menyoroti pentingnya langkah konkret dalam pembenahan birokrasi dan penegakan prinsip good governance.
“AT-FM tak lagi punya ruang untuk bersantai. Ini adalah periode penentuan warisan kepemimpinan mereka. Jejak yang ditinggalkan harus monumental dan dikenang sebagai pemimpin yang baik dalam lima tahun ke depan,” ujar Chaerul kepada awak media ini, Sabtu 10 Mei 2025.
Chaerul menekankan bahwa pembangunan yang kuat hanya bisa berjalan jika fondasinya adalah pemerintahan yang bersih. Ia mengungkap adanya indikasi serius soal penyalahgunaan Dana Desa (DD) yang disinyalir digunakan untuk kepentingan politik praktis, termasuk dugaan permainan antara kepala desa dengan tim sukses salah satu pasangan calon.
“Ada laporan bahwa sejumlah kepala desa menerima dana segar dari salah satu paslon. Bahkan, pendamping desa juga disebut-sebut ikut terlibat secara struktural dalam proses pemenangan, kalau ini tidak dibersihkan dari sekarang, dalam lima tahun bisa menjadi batu sandungan serius bagi AT-FM.”
Selain itu, Chaerul juga mendesak agar dilakukan penataan ulang dalam tubuh birokrasi. Ia menilai bahwa keberhasilan program pembangunan sangat ditentukan oleh sinergi antara pimpinan dan aparatur pemerintahan.
“Jangan sampai pejabat yang ditempatkan justru menjadi oposisi internal yang sibuk melempar isu dan fitnah. Pemerintahan harus solid dan satu arah,” tegasnya.
Dalam nada tajam, Chaerul mengutip pemikiran Machiavelli bahwa dalam menjalankan pembangunan, terkadang lebih dibutuhkan pemimpin yang disegani ketimbang dicintai.
“Kepemimpinan bukan soal popularitas, tapi efektivitas dan ketegasan,” ucapnya.
Menutup pernyataannya, Chaerul menyampaikan harapan besar dari para pendukung setia AT-FM di periode kedua ini. Mereka tidak meminta imbalan materi, tetapi menuntut satu hal yang tak ternilai, kebanggaan.
“Petani ingin kembali bertani, nelayan kembali ke laut, ASN tetap bekerja dengan tenang. Mereka ingin yakin bahwa pilihan politik mereka tidak keliru. AT-FM harus menjawab itu dengan prestasi dan legacy yang membanggakan di akhir masa jabatan,” pungkas Chaerul. ***