Scroll untuk baca artikel
Radar Daerah

Hari Maleo Sedunia 2025: AlTo Gelar Pekan Konservasi di Teluk Lalong

40
×

Hari Maleo Sedunia 2025: AlTo Gelar Pekan Konservasi di Teluk Lalong

Sebarkan artikel ini

RADAR SULTIM – Burung Maleo, satwa endemik Sulawesi yang menjadi maskot kebanggaan daerah, kembali menjadi sorotan pada peringatan Hari Maleo Sedunia, yang dirayakan setiap 21 November sejak 2020.

Spesies ini kini berstatus Kritis Terancam Punah, akibat maraknya pengambilan telur dan menyusutnya habitat alaminya.

iklan : warmindo

Maleo juga tercatat sebagai peringkat ke-7 prioritas konservasi global menurut EDGE List ZSL, dan dilindungi secara hukum melalui UU No. 32/2024.

Dalam rangka perayaan tersebut, Aliansi Konservasi Tompotika (AlTo) menyelenggarakan pekan kegiatan bertajuk “Maleo: Selamatkan Hutan Jantung Tompotika”.

Acara berlangsung selama 15–21 November 2025 di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong, dengan melibatkan masyarakat dari berbagai usia dan latar belakang.

Rangkaian Kegiatan

Kegiatan yang digelar sepanjang sepekan meliputi:

Lomba Seni Rupa Murni dan Kriya (kategori SD, SMP/SMA, Mahasiswa/Umum)

Edukasi Kelompok Bermain untuk siswa SD, SMP, dan SMA

Stan Mewarnai

Stan Photo Booth

Pameran Karya Seni

Panggung Ekspresi

Talk Show Konservasi

Pemenang Lomba Seni Rupa Murni dan Kriya

Lebih dari 60 peserta dari seluruh Kabupaten Banggai turut berkompetisi. Para pemenang adalah:

Kategori SD

  • Juara 1: Hafshah Azyyati (SD Unggulan)
  • Juara 2: Umar Almairi Tsaqib (SDIT Madani Luwuk)

Kategori SMP/SMA

  • Juara 1: Muhammad Naufal Arrasyid (SMAN 3 Luwuk Banggai)
  • Juara 2: Cherryl Winda Limarjo (SMP Katolik Santo Yosep Luwuk)

Kategori Mahasiswa/Umum

  • Juara 1: Dian Kinasih Winarto (Luwuk)
  • Juara 2: I Kadek Romi Arta (Simpang Raya)

People’s Choice Award

  • Fadilah (Universitas Tompotika Luwuk)
  • I Kadek Julianto (SMA Negeri 2 Bunta)

Pesan Konservasi

Melalui kegiatan berbasis seni ini, AlTo berharap masyarakat semakin memahami pentingnya menjaga kelestarian Maleo dan ekosistem hutan yang menjadi rumahnya. Seni bukan hanya bentuk ekspresi, tetapi juga medium advokasi yang efektif.

“Maleo tidak bertahan hidup karena keserakahan manusia, tetapi Maleo juga tidak akan punah karena kepedulian kita bersama.”

Peringatan ini menjadi pengingat bahwa penyelamatan Maleo adalah tanggung jawab kolektif seluruh masyarakat Sulawesi dan Indonesia.

(Wahyu)

google news