Scroll untuk baca artikel
Berita Terkini

Kesetaraan Gender bagi Kaum Perempuan, Perlukah?

40
×

Kesetaraan Gender bagi Kaum Perempuan, Perlukah?

Sebarkan artikel ini
ilustrasi

RADAR SULTIM – Ketika berbicara tentang kesetaraan gender tentu bukan lagi hal yang asing terdengar di telinga kita.

Namun, apakah kita sudah memahami esensi dari ide kesetaraan gender yang telah diusung oleh kaum feminis ini? Apakah kesetaraan gender dibutuhkan oleh kaum perempuan?

iklan : warmindo

Kontruksi sosial patriarki yang telah menempatkan posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki.

Hal itulah yang dinilai menyebabkan banyaknya ketimpangan yang dialami perempuan, baik dalam bidang sosial, ekonomi maupun politik.

Oleh karena itu, ide ini semakin masif digaungkan oleh kaum feminis untuk disebarluaskan di berbagai kalangan.

Mulai dari institusi pendidikan, birokrat, millenial, bahkan sampai kalangan ibu rumah tangga.

Namun yang menjadi pertanyaan, Apakah ide kesetaraan gender mampu untuk membawa keadilan bagi perempuan?

Membongkar Kelamnya Ide Kesetaraan Gender

Munculnya ide kesetaraan gender sebagai respon dari sikap diskriminatif yang menimpa kaum perempuan. Pasca revolusi 1776 dan revolusi Prancis pada 1792 berkembang suatu opini, dalam realitas kedudukan perempuan lebih rendah daripada laki-laki.

Pada tahun 1837 Charles Fourier, mencetuskan sebuah gerakan yang dinamai feminisme demi mengusung ide kesetaraan gender.

Ide ini kemudian masuk ke negeri-negeri muslim melalui orang-orang yang mendapatkan pendidikan di Eropa, sehingga ketika mereka kembali ke negerinya menjadi pengusung ide liberalisasi perempuan.

Ide kesetaraan gender lahir dari sistem sekuler kapitalis buatan manusia, ide yang diusung oleh gerakan feminis saat banyaknya ketidakadilan dan diskriminasi terhadap perempuan di Barat.

Dalam sistem sekuler kapitalis perempuan dijadikan bahan komoditi layaknya barang dan jasa, bahkan dijadikan mesin ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pasar maupun industri.

Akhirnya, tidak heran jika kaum perempuan di Barat semangat menggaungkan ide kesetaraan gender yang tak mereka sadari bahwa kesetaraan gender bukanlah solusi untuk menghentikan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap perempuan.

Tak sedikit pula perempuan masa kini yang merasa bangga dan memiliki prestasi saat tingginya penghasilan yang diraih. Padahal, tolok ukur kesuksesan bukanlah berdasarkan standar materi. Sebagai perempuan kita harus sadar dan tidak mudah terbuai dengan rayuan maut kaum feminis yang sejatinya justru mengantarkan perempuan semakin jauh dari fitrahnya.

Hal ini akan mengancam struktur bangunan keluarga dan masyarakat hingga tak ada lagi jaminan lahirnya generasi terbaik pembangun peradaban. Karena ide kesetaraan gender telah mengalihkan orientasi perempuan pada perannya dalam bidang ekonomi, bukan lagi pada peran utama yaitu ummu warabbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga).

Sistem kapitalis telah menumbuhsuburkan persaingan antara laki-laki dan perempuan. Ide yang digaung-gaungkan seolah merupakan solusi, namun nyatanya hanya ilusi semata dalam menyelesaikan problem diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Faktanya malah menimbulkan permasalahan baru yang merupakan dampak dari ide kaum feminis.

Setidaknya ada empat dampak yang ditimbulkan dari ide kesetaraan gender. Pertama, menurunnya angka pernikahan dan maraknya hubungan di luar pernikahan akibat paradigma yang disebarkan oleh kaum feminis yang menggambarkan tentang pernikahan sebagai struktur yang menindas dan menekan kaum perempuan.

Kedua, terjadinya kebingungan dan konflik dalam pernikahan, akibat pertukaran peran antara laki-laki dan perempuan sehingga yang tercipta bukan lagi suasana harmonis melainkan persaingan.

Ketiga, akan muncul sikap lalai terhadap keluarga dalam hal pengurusan dan pemenuhan hak-hak anak, karena kurangnya waktu ibu yang bekerja dalam mengurus dan mengasuh anak-anak yang menyebabkan krisisnya moral dan akhlak, antisosial, pergaulan bebas, narkoba dan lain-lain.

Keempat, lunturnya tanggung jawab laki-laki dalam keluarga, karena perempuan bertindak sebagai wonder woman, bahkan merasa tidak lagi membutuhkan laki-laki sebagai pelindung dan pemberi nafkah sehingga tidak sedikit laki-laki yang meninggalkan anak dan istrinya, akibatnya perempuan berjuang sendiri secara finansial bahkan masyarakat dan negara pun tak mampu memberikan dukungan ekonomi sebagaimana mestinya.

Fakta tersebut telah menunjukkan kegagalan sistem sekuler kapitalis dengan ide kesetaraan gender oleh kaum feminis dalam mewujudkan keadilan bagi kaum perempuan.

Islam Mewujudkan Keadilan Gender

Jauh sebelum ide kesetaraan gender muncul, Islam telah hadir pada 14 abad silam membawa perintah untuk menghapus semua tindakan diskriminasi terhadap perempuan. Kaum jahiliah yang kala itu selalu berwajah suram ketika mendengar berita kelahiran anak perempuan. Bahkan tega mengubur hidup-hidup bayi perempuannya.

Perempuan pada masa itu dianggap tidak berharga, tidak memiliki harkat dan martabat, tidak mendapatkan warisan, bahkan yang menyedihkan ada pula yang menjadi objek ‘barang’ warisan.

Namun, Islam muncul untuk menghapuskan segala praktik diskriminasi tersebut. Maka sebagai gantinya, Allah menurunkan wahyu yang telah memberikan perempuan pada kedudukan yang mulia. Oleh karena itu, tidak ada diskriminasi dalam Islam.

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (TQS. An-Nahl: 97).

Dalam firman Allah Swt. tersebut, telah menunjukkan kedudukan yang setara antara laki-laki dan perempuan dalam Islam. Rasulullah Saw. juga bersabda, “Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.” Hadits ini menunjukkan betapa istimewanya perempuan dalam Islam.

Namun, sejatinya kemuliaan yang hakiki adalah ketika kita mampu meraih gelar takwa. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam TQS. Al-Hujurat:13 “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa”. Ayat ini juga menunjukkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam hal ketakwaan.

Dalam kehidupan keluarga, Islam mengatur peran antara suami dan istri bukan seperti hubungan atasan dan bawahan, namun seperti hubungan persahabatan. Laki-laki dan perempuan saling sinergi dan kolaborasi untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt.

Dalam segala aktivitasnya justru semangat berlomba-lomba dalam kebaikan, saling tolong menolong (ta’awun) dalam kebaikan dan meluaskan kebermanfaatan, sehingga jelas peran laki-laki dan perempuan adalah menjalankan perannya sesuai fitrah dalam rangka beribadah kepada Allah Swt.

Oleh karena itu, ide kesetaraan gender ala feminis adalah narasi berbahaya yang perlu diluruskan. Ide kesetaraan gender hanyalah ilusi semata, buah dari penerapan sistem buatan manusia yang berusaha menjauhkan agama dari kehidupan.

Islam telah memiliki seperangkat aturan yang sempurna, bahkan perempuan akan mulia karena keterikatannya dengan hukum Islam bukan dengan hukum buatan manusia. Penerapan syariat Islam secara sempurna adalah solusi tuntas permasalahan kehidupan termasuk problematika perempuan.

Wallahu alam bisawab.

google news