Scroll untuk baca artikel
Berita Terkini

Memperingati Hari Bete (Ndeke) 11/11/2018 Ihsan Razak (IR) Sebut Angka 4 Merupakan Angka Sakti dalam Mitologi Banggai

26
×

Memperingati Hari Bete (Ndeke) 11/11/2018 Ihsan Razak (IR) Sebut Angka 4 Merupakan Angka Sakti dalam Mitologi Banggai

Sebarkan artikel ini

“Kami tidak sedang menuntut penghormatan seperti zaman Kerajaan Banggai Dahulu, kami hanya minta hari ini  kita bisa duduk sama
rendah dan berdiri sama tinggi”

Tabea Soosa,Salam Montolutusan

iklan : warmindo

Mengulas kronologis, mengapa angka 4 (EMPAT) disebut sakti dan tanggal 11 November (1111) begitu momentual dan begitu simbolik di perhimpunan  KaMIMo Banggai. Bahkan disosialisasikan secara idelogis sebagai momentum kebangkitan anak negeri yang diperingati setiap tahun, 11 November  2018;Sebuah tangkapan layar percakapan messenger antara seorang “Pulo” dengan dua orang remaja SMA berinisial SPL dan NEM, sontak viral dan mengundang reaksi protes dari berbagai kalangan masyarakat Banggai yang berdomisili ditiga wilayah, Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan dan Banggai Laut, bahkan yang bermukim di luar daerah. Mereka marah dan bereaksi secara massif dengan membanjiri kolom komentar dan linimasa sosial media facebook dengan kecaman, karena tersulut oleh olok-olok (penghinaan) berbau rasis yang dilontarkan SPL dan NEM, yang dinilai melecehkan salah satu identitas budaya mian Banggai.

KaMIMo Banggai Secara kelembagaan memilih mengekspresikan reaksinya dengan membuat Laporan Polisi. Laporan tersebut berhujung mediasi dan permohonan maaf yang mempertemukan Terlapor (SPL dan NEM) bersama keluarganya serta Pelapor (KaMIMo Banggai-red) bersama para Tokoh Masyarakat Banggai di Luwuk. Resonansi kritis yang ditimbulkan memang tidak serta-merta menghilangkan tradisi buruk perilaku rasisme yang terlanjur menjadi karakter etniknya, tetapi setidaknya dapat meminimalisir frekuensi diskriminasi yang dapat bersinggungan dengan sensifitas isu SARA. Pelecehan terhadap identitas budaya komunitas lain, tak bisa dilegitimasi dan diwariskan secara turun temurun “perilaku kampungan” itu oleh individu atau kelompok. Tak bisa “dianggap maklum,” sebab bila dulu skala ketersinggungan itu sekedar bersifat individul saja, tapi sekarang ketersinggungannya berskala komunal, karena sikap rasisme dapat terkonfirmasi dengan cepat ke objeknya melalui media sosial.

11 November, jika ditulis dalam angka, akan nampak seperti angka waktu 11.11, Phytagoras (571-570 SM),Filsuf Yunani Kuno Penemu Konsep Bilangan Matematika menyatakan angka adalah bahasa untuk menggambarkan suatu maksud, dan bahasa angka bersifat konstan karena sudah melalui proses panjang sejak sejarah peradaban manusia bermula.

Peristiwa 11 November 2018 merupakan rujukan inspiratif sebagai komitmen kebangkitan atas ketersinggungan kolektif dan massif menjadi pertanda bahwa “orang pulo” masih punya harapan untuk solid, masih punya sensifitas sejarah dan budaya, masih punya semangat untuk kebangkitan dan punya kesadaranuntuk melawanzaman. Konklusi inilah yang mengantarkan mengapa tanggal 11 November 2018 menjadi titik balik, momentum-semangat kebangkitan bagi generasi Banggai sejati setelah sekian lama diam dan pasrah.

Pikiran itu, kemudian dideklarasikan oleh KaMIMo Banggai, lalu diprasastikan secara simbolik pada AD/ART melalui forum SEBA ke-XII tahun 2019, pada bendera organisasi dengan penambahan 4 garis hitam (1111) memanjang di sisi depan bendera KaMIMo Banggai. Sejak itu angka 1111 menjadi keramat dan urgen dalam paradigma KaMIMo Banggai karena sebagai Hari Kebangkitan “bete” yang diperingati secara periodik.

Sementara angka 11:11 pun kerap dikaitkan dengan keberuntungan karena memiliki 4 angka 1. Dalam numerologi Banggai, angka 4 (1+1+1+1) atau Sangkap, merupakan angka keramat, angka budaya/simbol adat. Misalnya, Boloki Sea (Bunga Sea/Bunga Pukul Empat (Miribilis Jalapa) Pilogot Sangkap (Sulape, Tompudau, Samatidung, Samalangan); Basalo Sangkap (Babolau, Singgolok, Katapean, Kokini); Komisi Sangkap (Jogugu, Mayor Ngofa,Kapitan Laut, Hukum Tua); Totuukon Sangkap (Moloyos, Monikil, Moliyos,Monondok).

Dari sinilah kemudian, tanggal 11 November (1111), menjadi basis rujukan inspiratif. Jika Boloki Sea memiliki (Bunga Sea/Bunga Pukul Empat (Miribilis Jalapa) sebagaibungapenunjukwaktu, Adi Cokro/Mbumbu doi Jawa memerintah mulai (11 November 1575), Maulana Prins Mandapar/Mbumbu doi Godong memerintah mulai (11 November 1600), 11 November 2018 (hari Bete)Sebagai simbol waktu komitmen Kebangkitan, 11 November 2021 pendirian ormas (IKAMIMO Banggai) maka di tahun 2024 (Dua Ribu Dua Puluh EMPAT),bertepatan dengan momen PILKADA di tiga Banggai Bersaudara, penulis mengharapkan lahirkan pemimpin yang mampu merawat persaudaraan di tanah BABASALAN. Terkhusus untuk Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut, kami mewakili generasi muda menyampaikan harapan besar semoga kesaktian angka 4 (Empat) dalam mitologi Banggai dapat terbukti di tahun 2024 (Dua Ribu Dua Puluh EMPAT), dari ke 4 (EMPAT) pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati dapat melahirkan pemimpin berintegritas yang sesuai dengan Falsafah Montolutusan dan 4 Empat prinsip kebenaran yakni (Moloyos,Moliyos, Monikil dan Monondok) demi terwujudnya Kebangkitan Lipu Banggai.

“Sasabul Nda Topumpun, Tebeas Nda Pototongi,- untuk Wadah Perjuangan Sejati,Satu Tak Terbagi, Berdaulat di Negeri Sendiri, Menuju Kebangkitan Lipu Banggai”.

#Kinatauan Temeneno Na Loingiyo #Salam Montolutusan

google news