RADAR SULTIM – Penggunaan perangkap tikus listrik di wilayah dataran Toili kembali menelan korban jiwa.
Seorang petani ditemukan meninggal dunia di area persawahan, pada Minggu sore kemarin 9 Juli 2023 petang.
Diduga petani bernama Nurmawan (46) itu meninggal dunia karena tersengat aliran listrik dari perangkap tikus listrik yang dipasang di sawahnya.
Kapolsek Toili IPTU Nanang Afrioko, mengatakan petani yang meninggal karena tersengat perangkap tikus listrik itu merupakan warga Desa Tirta Jaya, Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai.
Peristiwa itu bermula saat korban berangkat dari rumah menuju ke sawah miliknya untuk memperbaiki perangkap tikus listrik, Minggu pagi pukul 07.00 WITA.
Korban memasang perangkap tikus listrik itu karena di sawahnya diserang hama tikus.
Kemudian saksi Syamsuddin (42) warga setempat, saat melewati sawah korban, langsung terkaget melihat korban dalam kondisi tergeletak di pinggir sawah dan tangan kiri memegang kawat (bendrat).
“Kemudian korban dibawa ke rumahnya oleh saksi. Setibanya, petugas kesehatan memeriksa korban dan dinyatakan sudah meninggal dunia,” terang kapolsek.
Berdasarkan hasil pemeriksaan menyebut terdapat luka bakar robek di tangan sebelah kiri.
Petugas juga tidak menemukan bekas kekerasan atau penganiayaan di tubuh korban.
“Keluarga menolak untuk dilakukan autopsi yang dituangkan dalam surat pernyataan dengan diketahui Kades Tirta Jaya, Toili,” sebutnya.
Saat ini jenazah korban telah disemayamkan dirumah duka, untuk segera dimakamkan oleh pihak keluarga.
Penggunaan perangkap tikus listrik di sawah oleh para petani di wilayah dataran Toili, sebenarnya telah resmi dilarang.
Hal itu berdasarkan hasil rapat bersama antara Kapolsek Toili, Camat Toili, Kepala PLN Toili, para Kades se Kecamatan Toili, serta para petani, pada Rabu 29 Maret 2023 lalu.
Larangan untuk penggunaan perangkap beraliran listrik di sawah itu, setelah adanya insiden yang menelan korban jiwa seorang petani.
Dan insiden fatal itu, ternyata sudah beberapa kali terjadi sebelumnya.
Namun, hingga kali ini penggunaannya masih dilakukan para petani.
Hingga kembali menelan korban jiwa.