RADAR SULTIM – Dibuka megah oleh Sekprov Sulteng, Pesta Rakyat Banggai Bersaudara sekaligus pameran pembangunan yang digelar di RTH Teluk Lalong Kota Luwuk, berubah menjadi pasar malam.
Pesta Rakyat Banggai Bersaudara yang dibuka pada Jumat malam 11 Maret 2022, rencananya akan berlangsung selama 16 hari.
Sesuai planning awal, oleh panitia pelaksana yakni Forum Kota (Forkot) Banggai, ajang ini dijanjikan akan menyuguhkan sejumlah pameran kebudayaan dari tiga wilayah Kabupaten Banggai Bersaudara.
Namun kenyataannya, ajang ini akhirnya lebih mengarah pada pasar malam ketimbang rencana semula.
Tak ada satupun stand pemerintahan yang ada di sana.
Dan hampir 90 persen hanya diisi oleh para pedagang dan PKL yang menjajakan sejumlah barang.
Dan parahnya, pagi hari seusai pagelaran malam harinya, sampah berserakan.
Ketua Forkot Kabupaten Banggai yang juga selaku ketua panitia pelaksana, Hasbi Latuba, akhirnya memberi alasannya, dihubungi Senin malam, 14 Maret 2022.
Bahwa Pesta Rakyat Banggai Bersaudara kemudian berakhir pasar malam, bukan kesalahan dari pihak panitia.
Melainkan dari pihak pemerintah tiga Kabupaten, yakni Banggai, Bangkep, dan Balut.
Yang tidak memanfaatkan ajang yang telah disiapkan untuk mempublikasikan perencanaan ataupun hasil pembangunan daerahnya.
“Malah kita tanda tanya ada apa. Tidak ada instansi dari tiga pemerintah daerah yang ambil bagian,” sebut Hasbi Latuba.
Pada kegiatan ini, lanjut Hasbi Latuba, panitia telah menyiapkan 3 areal untuk diisi masing-masing pihak.
Yakni areal A untuk instansi Pemerintah, areal B untuk swasta, areal C untuk UMKM, dan areal D untuk PKL.
“Yang terisi itu hanya areal B, C, da D. Tak ada instansi pemerintah. Entah karena anggaran atau apa,” ujar Hasbi Latuba.
Kemudian, kata Hasbi Latuba, ketidakhadiran instansi pemerintah dimanfaatkan untuk digunakan oleh UMKM dan PKL.
Seperti ungkapan “daripada lari kosong”, Pesta Rakyat pun berubah menjadi pasar malam.
“Malah sebenarnya harus diapresiasi karena kita telah majukan promosi hasil UMKM,” sergahnya.
Untuk diketahui dan juga diakui pihak panitia, setiap stand yang digunakan baik oleh perusahaan swasta, UMKM, maupun PKL, diberi harga bervariatif.
Mulai dari Rp 1,2 juta hingga Rp 4 juta.
Hasbi Latuba sebutkan, memberikan kesempatan pada pelaku UMKM dan PKL untuk mengisi stand kosong, untuk menutupi biaya operasional yang telah dikeluarkan.
“Kan kita sewa kursi, tenda, dan lain sebagainya,” ungkap dia.
Sementara terkait kritikan banyaknya sampah yang berserakan pada pagi hari, Hasbi Latuba membela diri bahwa pihak panitia telah bekerja keras.
“Soal sampah, panitia sudah kerja keras. Kita sudah beri peringatan agar sampah tidak dibuang sembarangan,” tandas Hasbi Latuba.