RADAR SULTIM – Bertahan sejak Senin 4 Juli 2022, dan rela tidur beralas tikar di lantai kantor DPRD Banggai, para petani Batui merasa kecewa terhadap sikap Bupati Banggai dan para wakil mereka di kantor tersebut.
Berharap dapat menemui Bupati Banggai secara langsung untuk mempertanyakan nasib lahan mereka yang dikatakan diklaim sepihak PT Sawindo Cemerlang (SCEM), ternyata hanya dilewati begitu saja.
Selasa 5 Juli 2022, Bupati Banggai Ir H Amirudin memiliki agenda mengikuti paripurna LKPD di DPRD Banggai.
Para petani dari Batui dan Batui Selatan yang sudah melakukan aksi sejak Senin kemarin, sengaja bertahan agar bisa mendapat jawaban dari DPRD maupun Pemda Banggai.
Terkait tuntutan mereka atas lahan yang dikatakan telah digunakan PT SCEM secara sepihak dan tak menguntungkan mereka.
Bupati Banggai yang tiba di kantor DPRD Banggai, langsung menuju lantai 2 untuk mengikuti rapat paripurna. Hanya sekedar menyapa.
Meski saat di pintu kantor itu, para petani telah mencoba berbicara kepadanya, bahkan salah satu di antaranya pingsan.
Begitu pula dengan para wakil rakyat, yang seolah tak begitu memperdulikan para petani Batui yang didominasi kaum ibu, telah kedinginan sepanjang malam menanti mereka.
Rapat paripurna LKPD pun tetap berjalan di lantai 2, sementara para petani terus bertahan dan berorasi di lantai dasar, depan pintu kantor wakil mereka.
Kekecewaan pun diluapkan atas sikap Bupati Banggai dan para anggota DPRD Banggai. Merasa dikhianati oleh pemimpin mereka sendiri.
Koordinator aksi dari Front Petani Batui Lingkar Sawit (FPBLS) Mohammad Sugianto Adjadar, sangat menyesalkan sikap dari Bupati Banggai ini.
Dikatakannya, massa aksi yang berasal dari petani dan masyarakat Batui kecewa dan merasa dikhianati atas sikap Bupati dan DPRD yang tetap melanjutkan sidang paripurna dan tidak menemui mereka yang telah berada di kantor DPRD sejak kemarin.
Mereka bertahan menuntut diselesaikannya konflik agraria dengan PT Sawindo Cemerlang, tapi rupanya tidak membuahkan keputusan kongkrit dari DPRD, bahkan tim pokja yang dibentuk Pemerintah Kabupaten Banggai.
“Miris! Kami menyesalkan sikap Pemda dan anggota dewan yang terkesan tidak memiliki hati nurani.
“Padahal yang ingin menemui mereka adalah rakyat yang memberikan suara sehingga mereka memperoleh kekuasaan,” sambung pria yang akrab disapa Gogo itu.
Terkait konflik agraria di Batui, lanjut Gogo, telah berlangsung selama 13 tahun dan tidak pernah mendapatkan bantuan penyelesaian oleh pemangku kepentingan yang diberikan amanat oleh undang-undang untuk berpihak kepada rakyat.
“Ada ibu-ibu lansia yang pingsan karena kelelahan menunggu tetapi tidak ada satupun itikad baik mereka, walaupun hanya untuk bertemu dan berdialog dengan masa aksi,” sambungnya.
Hingga saat ini, aksi para petani Batui masih terus berlangsung, begitu pula agenda rapat paripurna oleh Bupati dan para wakil rakyat, di tempat yang sama.