RADAR SULTIM – Tidak terasa pesta demokrasi sedikit lagi akan di gelar. Baliho-baliho kandidat capres cawapres mulai menghiasi setiap sudut jalan kota, tak lupa pula janji-janji manis pun mulai berseliuran demi memperolah perhatian dan dukungan dari masyarakat.
Oleh : Indra Wati Pakaya ( Aktivis Dakwah )
Tak hanya itu para pendukung atau tim sukses para capres dan cawapres pun mulai unjuk gigi untuk mengambil hati masyarakat dengan melakukan berbagai kampanye demi kesuksesan calon kader yang di dukungnya.
Namun sayangnya kegiatan yang mereka lakukan justru mengakibatkan perselisihan antara tim sukses atau kelompok satu dan lainnya, karena saling sindir menyindir. Alhasil gesekan antara masyarakat pun terjadi.
Seperti yang terjadi di Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Ahad 15 Oktober 2023.
Bentrokan antara dua kubu yakni simpatistan PDIP dan GPK, bentrokan diduga melibatkan kelompok BSM dan Brigodo Wirodigdo yang merupakan Laskar PDIP Yogyakarta, serta GPK Militan bersama Ketua Forum Aliansi Umat Islam Bersatu (FABUIB) Anang Imamudi.
Peristiwa tersebut, sempat membuat heboh media sosial karena menimbulkan kemacetan parah di jalur Yogyakarta-Magelang dan arah sebaliknya.
Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto, mengatakan bentrok antar dua kubu terjadi sekitar pukul 15.20 WIB.
Dalam bentrokan tersebut, massa membakar 11 motor dan merusak sejumlah fasilitas umum.
Setidaknya ada dua rumah dan satu panti asuhan yang kacanya pecah akibat ulah massa dari bentrokan tersebut.
Diperkirakan, bentrokan baru reda sekira pukul 18.30 WIB setelah tim gabungan TNI, Polri dan pemadam kebakaran turun ke lapangan untuk meredam amukan massa.
Meskipun dalam kasus tersebut tidak memakan korban jiwa,tetap saja kejadian tersebut menimbulkan ketidak nyamanan dalam masyarakat.
Hal ini menujukan bahwa keberpihakan rakyat kepada partai politik saat ini, hanya didasari oleh faktor emosional dan figuritas saja, tanpa mengetahui kemana arah dan tujuan partai tersebut dibawa, keterikatan seperti ini berpotensi mengakibatkan terjadinya gesekan antar individu/ kelompok lantaran tingginya ego, meskipun dalam masalah sepele.
Momen pemilu memang berpotensi memunculkan kericuhan atau konflik antar para pendukung partai, karena rasa cinta mereka yang terlalu berlebihan kepada figur yang mereka dukung.
Istilah “senggol, bacok“ kerap kali mereka lontarkan ketika sang figur di hujat atau dikritik oleh kubu pesaing.
Mirisnya perselisihan lazim terjadi di akar rumput, padahal para elit partai justru bekerja sama demi tercapainya tujuan. F
akta ini selaras dengan ungkapan ‘tidak ada teman sejati, yang ada adalah kepentingan abadi’.
Dengan fakta tersebut umat harus paham tujuan yang hendak diraih dan waspada akan pihak-pihak yang memanfaatkan suara rakyat untuk kepentingan individu / kelompok.
Umat harus tau realitas politik demokrasi agar tidak terjebak polarisasi yang memunculkan perselisihan.
Karena pada dasarnya partai politik dalam sistem demokrasi hanya bersifat pragmatis, setiap kebijakan yang di keluarkan lebih kepada manfaat yang di ambil oleh partai politik tsb.
Demokrasi sekuler telah berhasil mengelabui dan mengaburkan umat bagaimana karakter pemimpin dambaan dan dengan apa sistem kepemimpinan itu berjalan.
Berbeda dengan islam, dalam islam tujuan berdirinya parpol yaitu tidak lain untuk membina dan mendidik umat dengan pemahaman yang lurus sesuai dengan pandangan islam.
Mereka juga mengoreksi kebijakan penguasa apabila kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan aturan islam.
Bukan hanya sekedar memuaskan nafsu berkuasa dan sekedar memenangkan suara, akan tetapi melaksanakan peran strategisnya,.
Yaitu melakukan perubahan di tengah masyarakat, membentuk pemahaman dan kesadaran politik yang benar yaitu mengurus kepentingan umat.
Islam membolehkan adanya banyak parpol sebagai sarana melakukan muhasabah kepada penguasa juga sebagai aktivitas amar makruf nahi mungkar, ada standar syara atas berdirinya partai-partai tersebut.
Tentunya dibersamai juga dengan saling menghormati dalam menjalankan amanah. Hubungan antara penguasa dan parpol haruslah erat tanpa melihat kepentingan lain selain kepentingan umat.
Dengan demikian, kericuhan-kericuhan antara para simpastitan partai tidak akan pernah terjadi dalam islam, karena mereka telah terkristal pemikiran yang benar sesuai dengan akidah islam.
Mereka akan bergerak demi kepentingan masyarakat secara menyeluruh, dan sebagai upaya ketaatan untuk menjemput rida-Nya.
Wallahu a’lam bishawab.